Model Pembelajaran

Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

Langkah-langkah model pembelajaran talking stick :
  1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
  2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
  3. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
  4. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
  5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
  6. Guru memberikan kesimpulan.
  7. Guru memberikan evaluasi/penilaian.
  8. Guru menutup pembelajaran.   

Make a Match 
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
  1. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :
  2. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  3. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
  4. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  5. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
  6. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  7. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
  8. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa.
  9. Kesimpulan/penutup.  
 
 NHT (Numbered Head Together) 
Numbered Heads Together adalah metode pembelajaran yang menuntut keseriusan siswa dalam belajar. Karena pada pelaksanaanya guru akan melakukan evaluasi secara acak pada siswa dengan memilih nomor yang telah diberikan sebelumnya. NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut : 
Langkah 1. Persiapan  
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 
Langkah 2. Pembentukan kelompok 
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. 
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan 
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. 
Langkah 4. Diskusi masalah 
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban 
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 
Langkah 6. Memberi kesimpulan 
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Kelebihan metode numbered heads together: 
1.      Setiap siswa menjadi siap dalam belajar. 
2.      Siswa memiliki motivasi untuk serius dalam belajar.
Kekurangan metode numbered heads together: 
1.      Tidak semua nomor dipanggil oleh guru. 
2.      Bagi siswa yang tidak terpanggil akan menjadi jenuh dan cenderung kembali pasif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar